Saturday, March 22, 2014

OPINI : BU RISMA HARUS MAJU TERUS PANTANG MUNDUR



 WARGA Kota Surabaya pada saat melihat acara “Mata Najwa” bersama Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, di Metro TV pukul 20.30 WIB sampai selesai sebagian merasa iba dan tidak sedikit yang mencucurkan air mata, termasuk penulis sendiri saat melihat Walikotanya sangat tertekan dan menderita batin. Walikota pilihan warga Kota Surabaya itu mengatakan bahwa semua yang dimiliki/dipunyai sudah diserahkan dan dicurahkan kepada warga kotanya demi peningkatan kesejahteraan maupun kemajuan kotanya. Tetapi sebegitu besar pengorbanannya toh masih ada saja yang mengganjal/menghalang-halangi, memusuhi, membenci agar Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, ini bisa jatuh di tengah jalan dengan berbagai macam cara, tekanan dari berbagai penjuru, oleh orang-orang tertentu termasuk partai politik.
Tri Rismaharini merupakan calon walikota terbaik sedunia yang telah mendapatkan 51 (lima puluh satu) penghargaan. Itu pun dia tidak merasa hebat tetapi dia mengatakan itu semua atas keberhasilan seluruh warga Kota Surabaya. “Saya hanya menjalankan amanah yang diberikan oleh warga masyarakat Kota Surabaya saja”.
Coba renungkan, Tri Rismaharini yang katanya memiliki temperamen keras, kaku, bila marah kelihatan begitu galak, berpegang pada prinsip, toh nyatanya masih bisa meneteskan air mata saat menjawab pertanyaan di Mata Najwa perihal adanya berita akan mundurnya Bu Risma sebagai Walikota Surabaya karena banyaknya tekanan dan ancaman yang menderanya.
Bu Risma yang juga sebagai ibu rumah tangga sampai berpesan pada anak-anak dan suaminya apabila sewaktu-waktu dia harus mati dalam menjalankan kebenaran dan untuk kesejahteraan rakyat Surabaya, maka anak-anak, suami dan keluarga lainnya agar mengikhlaskannya saja, tidak usah menuntut pihak lain, nantinya Tuhan yang lebih tahu yang akan mengadili yang seadil-adilnya. Apa yang dikatakan Bu itu memang ada benarnya, di dunia ini makin terasa tidak ada keadilan, yang ada kekuasaan dan kekuatan harta benda.
Melihat  kondisi seperti itu Bu Risma memang harus sabar, tabah, tawakal. Serahkan semua itu pada Tuahn Yang Maha Kuasa. Ini semua merupakan cobaan, ujian, untuk menuju kesuksesan yang lebih cemerlang dengan didukung dan dibela oleh seluruh warga Kota Surabaya. Bu Risma jangan kecil hati, besarkan hati dan busungkan dada, badai pasti akan berlalu.
Yang jelas, warga Kota Surabaya tidak rela bila Bu Risma mengundurkan diri sebagai Walikota Surabaya karena desakan dan ancaman pihak lain. Bila sampai mundur yang dirugikan warga Kota Surabaya, termasuk pegawai Pemkot Surabaya. Untuk pegawai Pemkot Surabaya memang sudah ditingkatkan berbagai macam kesejahteraannya sejak Bu Risma menjadi Walikota Surabya. Sebelumnya, gaji mereka hanya pas-pasan, kadang-kadang malah kurang untuk kebutuhan keluarga tetapi sekarang ini gaji mereka sudah lebih dari cukup. Lihat saja sekarang pegawai Pemkot Surabaya sudah banyak yang memiliki mobil dan memiliki rumah sendiri walaupun sebagian mengangsur/nyicil, paling tidak sudah kecukupan hidupnya atau lebih sejahtera dibanding sebelumnya.
Dulu saat Bu Risma menduduki jabatan barunya sebagai Kepala Badan Penelitian di Pemkot Surabaya, tidak sedikit yang mencibir, menjauhi, membenci, menghina, tetapi semua itu dapat diatasinya dengan baik dengan penuh kesabaran dan tawakal, berdoa sambil berusaha. Tuhan yang menentukan. Akhirnya Bu Risma terpilih sebagai Walikota Surabaya. Ibaratnya, makin tinggi pohon makin besar pula terpaan anginnya, bila tidak kuat maka akar dan pohonnya akan tumbang pula. Artinya, makin tinggi jabatan/kedudukan seseorang akan semakin besar pula tantangan, hambatan, rintangan dan cobaannya. Tetapi bila dilandasi iman, ikhlas, tawakal, bersyukur, berdoa dan berusaha, pastilah akan tetap berdiri tegak tanpa goyah sedikitpun. Sebaliknya, bila imannya tidak kuat maka akan rapuh dan tumbang pula seperti pohon yang akan menjadi kayu bakar atau dimakan rayap. Apa Bu Risma mau dikatakan seperti itu bila benar-benar mundur ? Berilah tauladan, buktikan kemampuanmu, kekuatanmu. Contohlah Margareth Techer, wanita pertama yang menjabat Perdana Menteri Inggris sampai dua periode. Walaupun mendapat sebutan wanita besi, tidak dihiraukan, yang terpenting untuk kemajuan, kejayaan bangsa dan negaranya akhirnya berhasil sampai akhir jabatannya serta dikenang sepanjang masa,. Juga Purnomo Kasidi pada saat awal menjabat Walikota Surabaya, apa tantangannya ? Untuk pelebaran jalan di Kota Surabaya, khususnya Jalan Tembaan, tantangannya sangat dahsyat sampai Mendagri turun tangan agar ditangguhkan. Namun Purnomo Kasidi pantang menyerah, siapa pun yang menghalang-halangi tetap diterjang. Prinsipnya, semua yang bertujuan baik dan mulia pasti diberi jalan keluar yang terbaik. Akhirnya, semua berjalan lancar dan berhasil sampai dua periode jabatan sebagai Walikota Surabaya.
Diharapkan Bu Risma juga seperti itu, maju terus pantang mundur demi kejayaan warga dan kotanya. Selamat berjuang sampai berhasil demi kesejahteraan warga Kota Surabaya. Semoga sukses dengan cemerlang. Sekali lagi jangan sampai mundur, lebih baik mati daripada mundur, namanya akan menjadi harum daripada mundur menjadi tercela, berbau bunga bangkai, dapat dikatakan sebagai pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Tidak takut mati dalam menjunjung kebenaran dan prinsip demi kemajuan dan kesejahteraan warga dan kotanya, pasti sepanjang sejarah akan dikenang. (R.26)

Oleh :

Drs.H.Imam Djasmani, SH.
Kepala Perwakilan Majalah FAKTA Propinsi Jawa Timur
Kepala Biro Majalah FAKTA Kota Surabaya
 

No comments:

Post a Comment