Thursday, May 15, 2014

INFO JATIM : DANA PEMBANGUNAN GEDUNG INSTALASI RAWAT INAP, RUANG BEDAH DAN RUANG ICU RSU DR SOETOMO SEGERA DIGELONTORKAN

RSU Dr Soetomo milik Pemerintah Provinsi Jatim dirasa sangat kekurangan fasilitas yang seharusnya diperlukan. Pasien/penderita yang mengalami penyakit yang seharusnya segera dioperasi masih harus menunggu antrian berbulan-bulan sampai mencapai 4 s/d 5 bulan lebih. Itu pun masih belum tentu akan dilakukan operasi. Si penderita/pasien pada saat masuk RS masih dalam keadaan sadar namun karena di RS terlalu lama menunggu untuk dilakukan operasi akibatnya kondisi pasien makin lama makin menurun dan sampai tak sadarkan diri. Tidak kurang yang akhirnya malah meninggal dunia. Selain itu pasien yang terlalu lama di RS tidak segera dioperasi dan kondisinya terus menurun maka keluarganya memutuskan untuk dibawa pulang saja. Lebih-lebih kondisinya sudah parah yang seharusnya segera dilakukan operasi namun tidak segera dilakukan operasi sehingga akibatnya fatal, meninggal dunia. Itulah kondisi yang ada di RSU Dr Soetomo selama ini.
Para pimpinan dan dokter di RSU Dr Soetomo sebenarnya juga kasihan melihat para pasien menunggu terlalu lama apalagi kenyataannya seperti itu. Ruang Instalasi Rawat Inap dan Ruang Operasi di RSU Dr Soetomo akan segera mendapatkan perhatian dari Gubernur dan DPRD Provinsi Jatim. Mengingat kondisinya yang kurang bahkan sudah sangat memprihatinkan, seperti ruang instalasi rawat inap di ruang syaraf dan lainnya mulai dahulu kala sampai sekarang masih belum dilakukan pembenahan dan pembangunan gedung baru yang seharusnya masalah ini mendapatkan perhatian khusus karena menyangkut tempat rawat inap orang sakit yang memerlukan ketenangan dan kenyamanan, setidak-tidaknya layak untuk penderita. Para pasien yang akan masuk instalasi rawat inap harus menunggu cukup lama, ditempatkan di lorong-lorong yang sangat tidak layak, nantinya bila sudah masuk ruangan/kamar rawat inap itu pun sangat memprihatinkan. Ruang yang berukuran ± 6 x 5 m ditempati oleh 7 orang penderita, jaraknya berhimpitan.
Ruang tersebut katanya kelas III tapi sebenarnya ruangan tersebut ruang sal. Pada umumnya yang menempati kamar tersebut adalah masyarakat tidak mampu dan miskin, termasuk peserta askes golongan I dan II. Bagi penderita yang tidak mampu dan miskin katanya dibiayai/dibayari oleh pemerintah, tetapi mengapa kondisinya sangat memprihatinkan begitu. Walaupun orang tidak mampu dan miskin serta peserta askes golongan I dan II juga memerlukan ketenangan, kenyamanan dan pelayanan yang prima. Tidak hanya orang kaya yang sakit saja yang memerlukan ketenangan dan kenyamanan. Coba bayangkan, dalam satu ruangan berisi 7 orang sakit, yang satu menjerit-jerit kesakitan, yang lainnya melihat ada yang sekarat akan meninggal dunia, bagaimana orang sakit akan cepat sembuh kalau melihat kondisinya seperti itu.
Para penderita apa tidak stres menambah parah sakitnya dan mempercepat kematiannya ? Di ruang rawat inap yang meninggal silih berganti, setiap hari dapat dipastikan ada yang meninggal. Bila dibandingkan dengan pasien di Graha Amerta sama-sama penderita sakit mengapa yang meninggal jarang, penyakitnya dapat diatasi.  Apakah yang sakit orang kaya sehingga mendapat perhatian khusus dengan biaya yang mahal, semuanya serba mewah seperti hotel ? Itu kan sama-sama RS pemerintah tapi mengapa pelayanannya berbeda ?
Semua itu penyebabnya adalah kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh RSU Dr Soetomo, termasuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan. dr Dodo Anondo, Direktur RSU Dr Soetomo, saat dikonfirmasi FAKTA menjelaskan bahwa RSU Dr Soetomo milik Pemerintah Provinsi Jatim melayani juga rujukan pasien untuk Indonesia Timur, namun fasilitas yang dimiliki belum memadai dengan jumlah pasien yang dirawat. Antara lain :
1.    Ruang Rawat Inap masih sangat kurang, masih menggunakan gedung lama yang kapasitasnya tidak mencukupi dengan pasien yang ada, seharusnya perlu adanya gedung baru, setidak-tidaknya dibangun tambahan lantai bertingkat.
2.    Ruang bedah masih sangat terbatas, tidak seimbang dengan pasien yang akan dilakukan bedah.
3.    Ruang ICU tempat untuk pasien selesai dioperasi tidak memadai, pasien yang seharusnya segera dioperasi harus antri yang cukup lama.
4.    Ruang ICU yang dimiliki RSU Dr Soetomo
·         IRD terdapat 12 bed
·         Gedung Bedah Pusat Terpadu sebanyak 23 bed
·         Kamar Operasi 22 bed
·         Ruang Anak 6 bed
Untuk tahun anggaran 2015 direncanakan ditambah 8 bed. Bila dihitung jumlah seluruhnya untuk saat ini hanya 41 bed yang dimiliki oleh RSU Dr Soetomo, sedangkan pasien yang antri akan dioperasi mencapai ratusan orang, akan ditampung di mana mereka ?
Fasilitas yang dimiliki RSU Dr Soetomo sangat tidak memadai dengan jumlah pasien yang dirawat untuk dilakukan operasi dan yang sakit kritis yang perlu mendapatkan perawatan khusus. Belum lagi melayani operasi darurat kecelakaan yang harus segera dilakukan operasi namun tempat ruang ICU-nya tidak mencukupi.
Selain itu Dodo Anondo menyampaikan bahwa berkaitan rujukan dari daerah-daerah dan RS yang ada di Surabaya sendiri cukup banyak. Diharapkan pasien yang dirujuk ke RSU Dr Soetomo yang benar-benar keselamatan nyawanya mengkhawatirkan dan sangat gawat darurat. Pasien yang masih dapat diatasi oleh RS asalnya jangan tergesa-gesa dirujuk ke RSU Dr Soetomo. Soalnya apabila tidak segera dilayani maka para tenaga medis RSU Dr Soetomo yang disalahkan dan diumpat-umpat, yang katanya pelayanannya lambatlah dan sebagainya. Mereka tidak mengetahui dan terkesan tidak mau tahu bahwa peralatan/fasilitas yang dimiliki RSU Dr Soetomo masih tidak mencukupi.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka diharapkan Gubernur dan DPRD Provinsi Jawa Timur segera tanggap terhadap keluhan para pasien dan pihak RSU Dr Soetomo dan segera menggelontorkan dana untuk pembangunan gedung dan perlengkapannya agar para pasien dapat dilayani dengan cepat sehingga dapat cepat sembuh juga dari penyakit yang dideritanya.
Dodo Anondo juga mengeluhkan adanya BPJS, dana yang disediakan untuk pasien yang dirawat oleh RSU Dr Soetomo tidak mencukupi. Maka diharapkan pula pemerintah pusat dalam hal ini Menkes RI segera meninjau kembali dan mengevaluasi dana yang disediakan itu agar ditambah.
Gubernur Jatim, Soekarwo alias Pakde Karwo, pada tahun 2012 mencanangkan seluruh rakyat Jatim yang miskin, kurang mampu dan kaya seluruhnya akan dibebaskan seluruh biaya pengobatannya alias gratis. Termasuk untuk rawat inap. Namun rencana itu ditangguhkan setelah melihat kondisi menangani pasien yang tidak mampu dan miskin saja belum memadai dari yang diharapkan oleh masyarakat. Dengan adanya permasalahan tersebut diharapkan Pakde Karwo segera turun tangan dan tanggap terhadap keluhan masyarakat Jatim. Para anggota/pimpinan DPRD Jatim apa tidak pernah melihat/berkunjung ke RSU Dr Soetomo dan RSUD lainnya untuk melihat kondisi pelayanan dan ruangan rawat inap yang katanya kelas III atau apa artinya sal ialah masal, jumlahnya yang cukup banyak jadi satu kamar ? Seperti halnya ruangan tunggu/pendaftaran pasien yang akan berobat di poli sangat tidak layak, luas ruangan hanya beberapa meter persegi, tapi yang nunggu daftar ribuan orang berjubel melebihi pasar tradisional rasanya nafas sesak, pengap. Coba renungkan, orang sudah dalam keadaaan sakit disuruh antri berjubel. Menurut informasi, para penderita ada yang datang untuk mendapatkan nomor antrian pada jam 4 pagi. Mengapa DPRD Jatim tidak memikirkan hal itu ? Apa mungkin para anggota dan pimpinan DPRD Jatim bila sakit tidak mengalami seperti itu karena dipastikan bila sakit di RS yang mewah seperti hotel ? Maklum bila demikian sehingga tidak tahu keluh-kesah orang miskin. Seharusnya mereka ingat pada saat mencalonkan diri jadi caleg DPRD, apa janjinya kepada orang miskin ? Janjinya, sebagai wakil rakyat dia akan mewakili rakyat, apa yang dikeluhkan dan diresahkan akan diperjuangkan agar tidak menjadi resah dan dikeluhkan oleh masyarakat, termasuk peningkatan pelayanan kesehatan. Apa mereka lupa dengan janji-janjinya.
Diharapkan juga agar Gubernur dan DPRD Provinsi Jatim segera menggelontorkan dana untuk mendidik para dokter spesialis bedah dan membangunkan gedung rawat inap serta ruang operasi, ruang tunggu/pendaftaran yang layak. Termasuk obat generic yang diperlukan penyakit yang diderita jangan sampai obat yang diperlukan menurut dokter tidak ada kemudian diganti dengan obat paten yang harganya jelas tidak terjangkau oleh kaum tidak mampu dan miskin. Ingat janjimu agar masyarakat yang tidak mampu dan miskin dapat merasakan kemerdekaan negeri ini, tidak hanya dinikmati oleh kaum jutawan, miliarder, lebih-lebih dinikmati oleh para koruptor yang bermewah-mewah bergelimpangan harta merasa tak berdosa ! (F.809) majalah fakta online
Dari kiri : dr Dodo Anando dan Pakde Karwo


No comments:

Post a Comment