Wednesday, June 18, 2014

INFO JATIM : BELASAN SPESIALIS RSU DR SOETOMO TANGANI PASIEN MERS

DIRASA mengkhawatirkan, setidaknya belasan dokter spesialis RSU Dr Soetomo turun tangan untuk memantau pasien suspect MERS. Pasien suspect asal Dupak, Surabaya, masuk Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSU Dr Soetomo, Kamis malam (8/5) setelah melakukan umroh akhir April lalu.
Selain itu untuk mengantisipasi serangan MERS di Indonesia, utamanya di Surabaya, RS Dr Soetomo Surabaya menyiapkan ruangan khusus. Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, dr Dodo Anondo, mengatakan, pihaknya telah menyediakan ruang isolasi khusus bagi penderita virus MERS. "Kita sudah siapkan ruang isolasi khusus dengan enam kamar tidur khusus untuk MERS,’’ katanya. 
Menurut Dodo, ruang isolasi khusus penyakit MERS selama ini juga digunakan untuk menangani beberapa penyakit khusus lainnya. Di antaranya untuk penderita flu burung. Selain ruang khusus, RSU Dr Soetomo juga telah menyiapkan dokter dan perawat khusus yang siap untuk menangani penderita virus MERS.  “Perawat dan dokter khusus juga memiliki pakaian khusus, begitu selesai dipakai harus dibuang atau dibakar,” ujarnya.
Standar layanan pun telah ditetapkan, di antaranya selain untuk merawat juga dilakukan penelitian terkait virus ini. Hasil dari penelitian lantas disampaikan ke Dinas Kesehatan untuk diteruskan ke pemerintah pusat. Tujuannya, untuk mengimbau masyarakat selalu mewaspadai adanya virus ini.
Seperti diketahui, pasca dapat rujukan dari RS Haji Surabaya, pasien asal Dupak itu sempat sakit flu dan batuk dua hari sebelum pulang. Setidaknya RSU Dr Soetomo berupaya melakukan beberapa tes di RIK untuk memastikan penyakitnya. Pasca penanganan, demam pasien suspect MERS di Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSU Dr Soetomo, Sabtu (10/5) sudah turun.
Penanggung Jawab MERS RSUD Dr Soetomo, dr Winariani Koesenoprodjo SpP(K), mengatakan, saat masuk RS Kamis (8/5), panas tubuh warga Dupak ini mencapai 37,6 derajat Celsius. “Hari ini (Sabtu, 10/5) ada penurunan walau belum signifikan. Terakhir kami cek suhu tubuhnya 37 derajat Celsius,” kata Winariani.
Selama di ruang isolasi, pasien berusia 54 tahun ini diperiksa dokter pengawas hampir tiap jam. Baik batuk, ludah, feses, maupun panas tubuhnya diperiksa secara seksama. “Apa pun yang dialami pasien suspect kami data,” sambungnya.
Yang memberi sedikit harapan cerah, panas tubuh pasien suspect MERS ini tidak lebih dari 38 derajat Celsius. Winariani menerangkan jika panasnya melebih 38 derajat, gejala ini makin mirip dengan penyakit yang awal penyebarannya dari hewan ini.
“Kalau lebih dari 38 derajat, pasien kemungkinan besar menderita pneumonia (infeksi paru-paru akut). Kalau sudah begitu, kemungkinan MERS semakin besar,” jelasnya.
Kendati demikian, Winariani belum berani menyimpulkan jika pasien bukan menderita MERS.
Pada Sabtu (10/5), mulai pukul 07.00 WIB, belasan dokter spesialis hingga Wakil Direktur (Wadir) RSU Dr Soetomo, melihat layar pantau yang menunjukkan data-data tubuh, mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, degup jantung, hingga aktivitas paru-paru, dan lainnya. Di sebelah layar pantau terdapat monitor CCTV yang mengawasi kamar WORD 1 RIK, tempat pasien perempuan ini dirawat. dr Winariyani Koesunmoprodjo SpPK MARS, mengatakan sebenarnya belum ada tim penanggulangan MERS RSU Dr Soetomo.
Yang ada, lanjutnya, hanya tim penanggulangan A1 (flu burung) yang beberapa waktu silam sempat mewabah. “Belasan dokter ini tadinya menangani virus A1. SK untuk MERS belum ada. Tapi karena ada suspect, tim kami berkumpul kembali untuk melakukan pemeriksaan, perawatan, pengobatan, hingga penanggulangan,” kata Winariyani.
Belasan tim dokter itu terdiri dari spesialis paru, bedah, penyakit dalam, kulit, hingga ahli virus, dan lainnya. “Lintas keahlian ini dimaksudkan supaya suspect MERS ini lengkap penanganannya. Bukan hanya alatnya saja yang lengkap, dokternya pun juga, meski baru suspect. Kami tidak ingin gegabah,” ujarnya.
Hasil tes bronkoskopi yang dilakukan Minggu (11/5) merupakan faktor penentu positif atau negatif MERS. “Karena belum jelas, langsung kami tempatkan di RIK ini. setidaknya butuh lima hari untuk mengetahui hasil tes lengkap pasien ini,” ujarnya.
Pasien berusia 54 tahun ini baru menjalani tiga tes, yaitu kimia darah, gas darah, serta swap hidung dan tenggorokan. “Kalaupun hasil tes darah keluar, belum bisa ditentukan apakah positif MERS atau bukan. Masih ada tes lanjutan lagi,” kata Winariani.
Setelah tes darah, pasien suspect MERS yang mengalami flu dan batuk saat di Arab Saudi dua hari sebelum pulang ke Indonesia ini juga akan menjalani tes bronkoskopi.
            Tes ini, jelasnya, untuk mengambil cairan dari dalam paru-paru. Sebuah selang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengambil cairan paru-paru. “Cairan ini nanti yang kami teliti apakah ada virus corona (penyebab MERS) atau tidak. Dari tes ini akan diketahui pasien ini positif atau negatif MERS,” paparnya. (F.835) majalah fakta online
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, dr Dodo Anondo

No comments:

Post a Comment