Thursday, July 3, 2014

ANEKA BERITA : KOBAR DAPAT SERTIFIKASI ELIMINASI MALARIA

PENYAKIT malaria tidak dikenal di Kalimantan. Akan tetapi penyakit malaria ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia, di mana penyakit malaria ini dengan penularan melalui vektor nyamuk Anopheles atau dikenal dengan plosmodium menginfeksi sel-sel darah merah dengan ditandai siklus menggigil, demam, sakit dan berkeringatan. Namun masyarakat Kotawaringin Barat bisa bernapas lega setelah mendapatkan Sertifikat Eliminasi dari Kementerian Kesehatan RI.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimanatan Tengah, terus meningkatkan dan menggalakkan pemberantasan terhadap ancaman malaria yang bisa muncul setiap saat. Kementerian Kesehatan meminta Pemkab Kobar menyusun tata laksana pasca eliminasi malaria dan mensurvei kondisi penanganan malaria di wilayah Kotawaringin Barat. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat, dr Syamsudin, seusai menghadiri Sidang Paripurna DPRD Kotawaringin Barat, kepada sejumlah wartawan termasuk Abd Hamid dari FAKTA.
Masih menurut Syamsudin, kita dituntut lebih intens dan serius dalam menangani masalah penyebaran kasus malaria. Hal ini hasus segera dicegah kemungkinan meluasnya. “Kita juga diminta menyiapkan peralatan penanggulangan malaria. Selain itu mensurvei daerah serta melakukan kros cek di daerah-daerah.  Sampai sekarang Dinas Kesehatan Kotawaringin Barat terus berupaya mengantisipasi supaya tidak ada lagi penularan ke desa-desa sekitar pertambangan serta sejauh mana penanganan eliminasi malaria di kabupaten sekitar”.
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Seruyan belum mendapatakan asesmen eliminasi malaria dari Kementerian Kesehatan dan Provinsi Kalimantan Tengah pun menargetkan eliminasi malaria 2018 khususnya Kalteng. “Target Kotawaringin Barat sebenarnya tahun 2015, tapi tahun ini kita sudah mendapatkan assesment eliminasi dari Kementerian Kesehatan”.  
Adapun upaya pencegahan malaria dengan mendistribusikan kelambu secara masal di semua desa dan kelurahan. Itu telah dilakukan secara intensif secara masal. Di samping itu juga dilakukan penyemprotan rumah (IRS) di kabupaten secara integrasi program kesehatan ibu dan anak. Namun pembagian kelambu tersebut prioritas, di mana untuk daerah yang dianggap endemisitas penularan malarianya tinggi.
Hasil penelusuran di lapangan menyatakan bahwa faktor resiko bekerja dekat dengan hutan seperti menambang merupakan resiko pekerjaan yang mendapatkan resiko terbesar penularan malaria. Sementara itu masyarakat yang bekerja tambang diduga tidak melakukan upaya pencegahan (preventif) dengan maksimal.
Tantangan ini tentunya memerlukan perhatian, komitmen, keseriusan dan kerja keras semua pihak, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha serta pihak lain yang berperan. (F.651) majalah fakta online

No comments:

Post a Comment