Bu Risma,” Kalau
kalian ngaku anaknya Bu Risma, tidak boleh gampang nyerah. Kalian mau kan kembali ke sekolah ? Kalau mau mengangkat derajat diri kalian dan orangtua, kalian harus sekolah” |
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya
untuk mewujudkan harapan tidak ada lagi anak yang putus sekolah di Kota
Pahlawan. Upaya tersebut ditunjukkan dengan kembali menggelar program tanggung
jawab sosial kampus (Campus Social Responsibility) 2015. Konkretnya, Pemkot
Surabaya menggandeng kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk
menangani anak putus sekolah.
Program
Campus Social Resposibility (CSR) yang memasuki tahun kedua ini dilaunching oleh Walikota Surabaya, Tri
Rismaharini, di arena Kebun Bibit Wonorejo, Rungkut, Minggu pagi (24/5). Hadir
dalam acara tersebut, Asisten IV Sekkota (Bidang Kesejahteraan Rakyat), Eko
Hariyanto, dan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Supomo, serta Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) terkait. Menurut walikota, program Campus Social
Resposibility 2014 lalu masuk nominasi pelayanan publik terbaik di Kementerian
Pendayagunaan Apartur Negara (KemenPAN). “Program ini sangat bagus dan bisa
dicontoh daerah lain sehingga tidak ada lagi anak yang putus sekolah,” jelas
walikota.
Untuk
tahun ini, berdasarkan data temuan dari Dinas Sosial Kota Surabaya, ada 215
anak putus sekolah juga anak-anak yang akan menjadi sasaran dalam program ini.
Data tersebut didapat langsung dari berbagai RT dan RW di Surabaya,
“Jumlah
215 anak putus sekolah itu masih cukup banyak. Karena itu, saya terus mengintruksikan
ke dinas-dinas untuk terus mencari anak yang putus sekolah di kelurahan dan
kecamatan,” tegas Walikota Tri Rismaharini.
Walikota
yang masuk dalam 50 tokoh berpengaruh di dunia 2015 versi Majalah Fortune ini
mengapresiasi kepedulian para mahasiswa yang tergerak untuk ikut mencerdaskan
anak bangsa melalui program campus social responsibility ini. Disampaikan walikota,
di zaman serba digital seperti sekarang, tidak mudah menemukan anak-anak muda
seusia mahasiswa yang memiliki kepedulian pada orang lain.
“Karena
itu saya berterima kasih. Saya tahu ini tidak mudah, tetapi siapa lagi yang
menyelamatkan anak-anak ini kalau bukan kita. Terima kasih karena sudah mau dan
tulus mendampingi anak-anak ini,” sambung walikota.
Walikota
yang memang dikenal dekat dengan anak-anak ini kemudian menyemangati anak-anak
tersebut. Dikatakan Bu Risma - panggilan akrab walikota, keberhasilan bukanlah
hak anak orang kaya maupun anak pintar saja. Bahwa semua anak berhak untuk
berhasil di bidang yang disukainya, asalkan memiliki keyakinan dan kemauan
untuk maju. “Kalau kalian ngaku anaknya Bu Risma, tidak boleh gampang nyerah.
Kalian mau kan kembali ke sekolah ? Kalau mau mengangkat derajat diri kalian
dan orangtua, kalian harus sekolah,” sambung walikota.
Kepala
Dinsos Kota Surabaya, Supomo, mengatakan, dalam pelaksanaannya, program CSR ini
melibatkan para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Para
mahasiswa tersebut akan mendampingi 215 anak putus sekolah. Pendampingan yang
dimaksud meliputi pendekatan psikologis dan pembelajaran. Intensitas pertemuan
antara kakak dan adik pendamping tersebut direncanakan minimal sepekan sekali.
Namun, tidak menutup kemungkinan tatap muka pendampingan ditambah jadi lebih
dari sekali dalam sepekan kalau anak-anak sudah merasa nyaman dan senang.
“Pendampingan tetap diberikan agar motivasi
anak untuk belajar tetap terjaga. Anak-anak nantinya memang diarahkan pada
sekolah yang berdekatan dengan rumahnya. Harapan kita tentunya agar 215 anak ini
nantinya sukses semuanya,” ujar Supomo. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment