Wednesday, November 4, 2015

BERITA COVER

Dunia Saja Mengakui Kepemimpinan Risma

Masak Warga Surabaya Tidak Memilihnya Lagi ?

H Andy Sudirman SH
ITULAH yang dikatakan oleh H Andy Sudirman SH yang mengaku sudah mengenal Tri Rismaharini 20 tahun lalu, sewaktu keduanya berada di lingkungan berbeda namun satu komplek di kawasan Jl Jimerto, Surabaya.
Ketika itu Andy Sudirman masih aktif sebagai Anggota DPRD Kota Surabaya dan Risma menjadi pegawai Pemkot Surabaya serta sempat menjadi Kasi Bappeda Pemkot Surabaya.
Andy ketika itu dikenal sebagai anggota dewan yang vokal dan dekat sekali dengan wartawan media cetak maupun elektronik.  Dalam perjalanan selanjutnya  Andy  pernah menjadi advokat, menjadi pengembang properti, sehingga ia pun piawai soal politik, ekonomi dan tentu saja piawai soal hukum.
Maka, wajar apabila ada gonjang-ganjing soal pilkada, Andy yang layak disebut sebagai pengamat politik mampu melihat siapa seharusnya yang layak memimpin kembali sebagai Walikota Surabaya.
“Mengapa warga Surabaya memilih sosok lain ? Dunia saja mengakui kepemimpinan Risma,” tegas Andy yang menjelaskan bahwa berulang kali dunia internasional telah memberikan penghargaan kepada Risma atas keberhasilan dan ide-idenya yang menggemparkan dunia.
Paling gres adalah mampu menghapuskan pelacuran di kawasan Dolly, di samping tempat pelacuran lainnya. Menurut Andi, sejak zaman baehula, pelacuran di Dolly tidak ada yang berani mengusik apalagi menghapusnya. Akan tetapi pada saat Risma menjadi Walikota Surabaya, Dolly sirna, diikuti oleh sirnanya tempat pelacuran lainnya di Surabaya.
Sebagai umat Islam, kita bangga dengan keadaan tersebut.  Sebab sebutan Surabaya sebagai Kota Pelacuran, kata Andy, telah musnah di mata dunia. “Itu berkat perjuangan gigih Bu Risma yang prihatin melihat kaum Hawa yang menjadi budak nafsu,” tegasnya.
Penelitian panjang

Ir Tri Rismaharini MSc
Sebuah lembaga di Amerika yang memberikan penghargaan atas keberhasilan Risma di berbagai bidang, utamanya di bidang ekonomi, dikatakan Andy, tentunya memerlukan penelitian panjang.
Setengah bergurau, Andy mengatakan, seandainya Risma ingin menjadi walikota di salah satu kota di Amerika, tentulah warga di sana akan menerimanya dengan tangan terbuka. Sebab yang memberikan penghargaan melalui penelitian panjang dan profesional itu berasal dari Amerika. “Logikanya kan begitu,” tegasnya singkat.
Andy melihat bahwa di antara sekian keberhasilannya memimpin warga Surabaya, yang mencolok adalah keberhasilan Risma dalam mengelola ekonomi, seperti UKM Mandiri yang tidak terpengaruh oleh naik-turunnya kurs dolar terhadap rupiah. Sebagian orang sempat heran karena Risma mendalami disiplin ilmu di ITS (Institut Teknologi Surabaya), namun mampu mengelola ekonomi dengan baik dan menjalankan pemerintahan dengan baik pula.
Ekonomi adalah dominan. Kalau ekonomi baik, pendidikan juga baik. “Kalau nggak baik, pendidik (guru) akan dibayar dengan apa ? Yang lebih luas lagi, kalau ekonomi baik maka pemerintahan akan berjalan baik pula.
Keberhasilan seorang pemimpin jangan dilihat dar latar belakang disiplin ilmunya, karena banyak pemimipin yang sukses bukan karena disiplin ilmunya.  Bung Karno, Presiden Jokowi, keduanya bergelar insinyur, tapi nyatanya dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Begitu juga dengan Bu Risma.
Andy berterus terang, bukan melihat Risma, akan tetapi adanya sebuah pengakuan dari dunia internasional (PBB) dan sebuah lembaga di Amerika bahwa walikota terbaik adalah Risma, Walikota Surabaya yang sekarang ikut dalam bursa pilkada lagi untuk periode 2015-2020, bersaing dengan pasangan Rasio-Luci.
Dunia saja mengakui kepemimpinan Risma, masak warga Surabaya tidak memilihnya lagi ?. Kalau saya pribadi, jelas memilih Bu Risma lagi sebagai Walikota Surabaya. Picik kalau saya tidak memilih Bu Risma,” tegas Andy sambil berpesan kepada Risma ketika secara tidak sengaja bertemu di salah satu mall saat beli handphone. Pesan singkatnya,“Jangan mundur, bukan Anda yang ingin menjadi walikota tetapi warga Surabaya yang menginginkan Anda menjadi walikota lagi”. (Moh.Dawam) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment