Wednesday, November 11, 2015

DRESTA BALI

Tabanan : Enam Perempuan Asal Sukabumi Jadi Korban Human Trafficking

5 dari 6 perempuan asal Sukabumi yang jadi korban
ENAM perempuan asal Sukabumi, Jawa Barat, diduga menjadi korban Human Trafficking (perdagangan manusia). Mereka dipekerjakan untuk melayani tamu pria minum-minum di cafe. Kasus ini terbongkar setelah Polres Tabanan melakukan sidak ke sejumlah cafe remang-remang, Selasa  (15/9).
Menurut Kapolres Tabanan, AKBP Komang Suartana, setelah pihaknya melakukan sidak terhadap sejumlah cafe remang-remang yang beroperasi di Kabupaten Tabanan, ditemukan enam orang gadis asal Jawa Barat yang dipekerjakan sebagai waitress. Namun mereka diduga menjadi korban perdagangan manusia.
Selanjutnya Polres Tabanan berkoordinasi dengan Kasat Reskrim Polres Sukabumi terkait hal tersebut, dan pihak Polres Sukabumi membenarkan bahwa ada laporan dari salah seorang warga yang mengatakan jika istrinya telah menjadi korban perdagangan manusia di Bali. “Kita lalu diminta oleh Polres Sukabumi untuk memback up kasus ini,” terang Kapolres Tabanan, AKBP Komang Suartana.
Selain keenam gadis tersebut, polisi juga turut mengamankan Siti Masitoh (47), warga Banjar Dinas Penebel Kelod, Penebel, Tabanan, yang tidak lain adalah sang mucikari. Siti diperiksa intensif di Polres Tabanan sesuai dengan UU RI No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Perdagangan Manusia. “Saat ini Siti Masitoh sedang diperiksa dan masih akan kita dalami terkait keterlibatannya,” ujarnya.
Kapolres menambahkan jika keenam gadis tersebut masih sangat belia bahkan ada yang dalam keadaan hamil dua bulan. Enam orang gadis tersebut yakni Tita alias Mira (20) asal Bogor, Jawa Barat, Siti Aisyah (21), dan Nia (22) asal Sukabumi, Jawa Barat, Muluani Agustini (20) asal Bandung, Gita Nourine (20) asal Cilengi, dan Luna (19) asal Bogor. “Mereka saat ini kita mintai keterangan di Ruang Konseling PPA Polres Tabanan, dan nantinya kita akan pulangkan ke daerah masing-masing,” imbuhnya.
Siti Aisyah yang sedang hamil dua bulan mengaku baru dipekerjakan di cafe tersebut selama satu bulan dan tinggal di sebuah mess yang ada di café itu bersama waitress lainnya. Dirinya mengungkapkan merasa tertipu, sebab awalnya tidak tahu akan dipekerjakan menjadi waitress di café remang-remang bahkan diminta melayani pria hidung belang. “Memang dijanjikan akan menjadi waitress tetapi ternyata jadi waitress di cafe dan ikut menemani pengunjung minum. Jadi semakin banyak pengunjung minum gaji kita semakin banyak, per botol dihitung Rp 10.000,” jelasnya. (F.987) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment