Wednesday, November 4, 2015

SURABAYA RAYA ADVETORIAL

Bu Risma Sedih Pada Akhir Jabatannya

Semoga dengan Bu Risma tetap menjadi Walikota Surabaya,
mimpi besarnya terhadap kota terbesar kedua di Indonesia ini bisa terwujud
WALIKOTA Surabaya, Ir Tri Rismaharini, bersedih saat menuturkan mimpi-mimpi yang hingga akhir jabatannya belum terealisasi, di antaranya adalah taman gantung di Taman Benowo serta patung Sura dan Buaya berukuran raksasa di Kecamatan Bulak.
"Bulak itu kan dekat sama laut, jadi patung Surabaya bisa terlihat dari laut menjulang tinggi," katanya, Selasa (1/9).
Selama ini, menurut calon Walikota Surabaya yang diusung PDI Perjuangan yang bakal dihelat Desember mendatang, patung ikan Sura dan Buaya yang menjadi ikon kuat Surabaya hanya ada di depan Kebun Binatang Surabaya di pertigaan Jalan Diponegoro dan Jalan Darmo. Itu pun ukurannya biasa saja. "Di Bulak, rencana saya dibangun ‘embahnya’ patung Surabaya," jelas Bu Risma, panggilan Tri Rismaharini.
Sebulan lagi, Tri Rismaharini akan mengakhiri masa jabatannya sebagai Walikota Surabaya 2010 - 2015. Bu Risma mengaku sedih karena belum dapat mewujudkan sejumlah mimpinya untuk Surabaya. Mimpi lainnya, lanjut Bu Risma, adalah underpass di sejumlah titik Kota Surabaya untuk mengurangi kemacetan serta membangun sentra perhiasan akik di eks lokalisasi Dolly Surabaya.
Bu Risma menuturkan, mimpi tersebut tentu akan segera direalisasikannya jika terpilih kembali sebagai Walikota Surabaya pada periode keduanya 2015 - 2020.
Walikota perempuan dengan banyak penghargaan ini menambahkan, dirinya bangga atas terpilihnya Taman Bungkul Surabaya sebagai penerima penghargaan internasional pada 26 November 2013. Menurut Bu Risma, Taman Bungkul merupakan lambang keindahan dan kesetaraan.  "Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin ataupun balita dan lansia. Miniatur mimpi saya ada di Taman Bungkul," kata Bu Risma.
Pada saat presentasi mengenai Taman Bungkul di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bu Risma mengatakan, dia lebih menonjolkan sisi sosial dan budayanya. Menurut walikota berusia 52 tahun ini, mungkin banyak taman yang lebih indah dari Taman Bungkul. Namun, yang menjadi nilai tambah dari Bungkul adalah terdapatnya perpustakaan, pengolahan air yang tepat, serta pengelolaan sampah dengan baik. Lebih menarik lagi, terdapat makam Ki Supo atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Bungkul yang sering dijadikan obyek wisata religius oleh masyarakat.
Sehingga tak hanya masyarakat dari Surabaya saja, tetapi masyarakat luar Surabaya pun juga mengunjungi Taman Bungkul. Hal tersebut dapat dijadikan media belajar untuk seluruh masyarakat. "Mungkin ini yang menjadikan kita menang," ujar Bu Risma.
Selain itu, terdapat pula taman bermain anak, arena skateboard, fasilitas jogging track, dan akses internet nirkabel. Dari segi sosial, Taman Bungkul merupakan tempat yang sangat kondusif untuk bersosialisasi antarwarga. "Selama enam tahun Taman Bungkul berdiri, sekalipun saya tidak pernah mendengar ada anak yang berantem di sana," katanya.
Menanggapi sosok Bu Risma, Ibu Efi Susanti, ibu rumah tangga 3 anak, berargumen, keselarasan antara tutur dan laku akan melahirkan kepercayaan yang luar biasa pada Bu Risma. Efi mengemukakan, kejujuran dalam ucapan dan tindakan adalah modal utama yang dibutuhkan seorang pemimpin untuk menjaga kelanggengannya. “Dua kalimat itu sangat tepat untuk mewakili kesan yang bisa saya sampaikan tentang Bu Risma. Saya hanyalah seorang ibu rumah tangga, saya tidak mengenal Bu Risma secara pribadi, apalagi pernah bertemu dengan beliau. Namun pemberitaan yang banyak di media tentang Bu Risma cukup menyita sejenak perhatian saya. Apalagi setelah saya tanpa sengaja menyaksikan tayangan di televisi yang berisi dialog bersamanya, saya jadi tertarik untuk mengetahui kiprah beliau sebagai orang nomor satu di Kota Surabaya,” ujar Bu Efi.
Bu Risma menjabat sebagai Walikota Surabaya sejak 28 September 2010. Ia tercatat sebagai walikota perempuan pertama di Surabaya dan walikota perempuan pertama di Indonesia yang terpilih melalui pilkada (pemilihan kepala daerah) di era reformasi. Walikota yang sekaligus wakil perempuan Surabaya itu memang hebat. Ia berani terjun ke kancah politik yang umumnya didominasi para pria. Pertama melihatnya di televisi, Bu Risma sebagaimana perempuan Indonesia pada umumnya, secara fisik tentunya. Sebagai warga Kota Surabaya yang saat ini berdomisili di Surabaya utara, komentar Bu Efi  tentang Bu Risma saat pertama kali menjabat sebagai Walikota Surabaya telah memancarkan inner beauty. Apalagi, Bu Risma saat dialog dengan presenter terkenal di salah satu stasiun televise nasional, jauh dari kesan dibuat-buat, apalagi tebar pesona, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kebanyakan pejabat atau politisi. Apa yang dilakukan Bu Risma bagi Surabaya bisa dirasakan manfaatnya oleh kebanyakan warga. Perubahan wajah Kota Surabaya yang luar biasa, serta kepedulian sosialnya pada warga mengundang kagum tidak hanya dari warga Surabaya, tapi juga warga luar Kota Surabaya yang kebetulan sedang berkunjung ke Surabaya.
Sebelum menjadi walikota, Bu Risma memang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota (Bappeko) Surabaya. Jadi, ia tahu betul apa yang perlu dirubah dari wajah Kota Surabaya. Mungkin sebagian orang menganggapnya biasa. Akan tetapi, kemauan dan kegigihannya untuk mewujudkan mimpinya merubah Surabaya, telah melahirkan perubahan yang lebih cepat di kota ini. Apa yang dilakukannya terhadap daerah lokalisasi di Surabaya dan para penghuninya, juga menjadi prestasi luar biasa. Boleh jadi Bu Risma adalah orang pertama yang berhasil menutup lokalisasi tanpa perlawanan berarti. Karena Bu Risma memang tidak hanya menutup, tapi juga memberi solusi. Kalaupun toh kemudian tersiar kabar bahwa Walikota Surabaya bermaksud mengundurkan diri sebagai walikota, itu adalah hal yang aneh. Baginya, setiap kegelisahan yang dirasakan warganya menjadi motivasi baginya untuk cepat bertindak. Jadi, apa yang ingin dilakukannya untuk merubah Surabaya menjadi lebih baik, bukan sekadar wacana melainkan menjadi PR yang harus segera diwujudkan melalui program nyata. Meskipun saat ini belum semua lokalisasi ditutup, tapi dengan gaya yang dimilikinya, bukan tidak mungkin keinginannya akan segera terwujud.
Sebagai walikota, Bu Risma tidaklah terlalu muluk-muluk. Program-programnya sederhana namun mengena. Bu Risma menyampaikan apa yang diinginkannya untuk perubahan Kota Surabaya dan bertindak sejalan dengan apa yang disampaikannya. Ya, sepertinya bagi Bu Risma yang ada hanyalah bekerja dan bekerja, bukan banyak bicara. Semoga dengan Bu Risma tetap menjadi walikota, mimpi besarnya terhadap kota terbesar kedua di Indonesia ini bisa terwujud. Yaitu, untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang nyaman bagi semua. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment