Monday, December 21, 2015

INFO JATIM

DPRD Jatim Kutuk Keras Pembunuhan Salim Kancil

Ketua Komisi A DPRD Jatim, Freddy Poernomo
KETUA Komisi A DPRD Provinsi Jatim, Freddy Poernomo, menegaskan, pihaknya mengutuk keras terhadap pelaku pembunuhan aktivis lingkungan Salim Kancil, secara kejam dan keji.
Menurutnya, pembunuhan kejam itu dilakukan di depan masyarakat. Ironisnya, kejadian itu dilakukan di depan anak-anak sekolah. ”Saya miris dengan aksi pembunuhan aktivis yang terjadi di Desa Awar-awar, Kabupaten Lumajang, itu. Pihak DPRD Jatim berjanji mendesak aparat kepolisian untuk mengusut tuntas para eksekutor dan aktor intelektual di balik kasus tersebut,” tegasnya.
Memang, tragedi berdarah yang terjadi di Kabupaten Lumajang yang menewaskan Salim Kancil, dan temannya, Tosan, mengalmi luka parah itu mendapat perhatian serius dari semua kalangan. Tak terkecuali wakil rakyat yang duduk di gedung DPRD Provinsi Jatim juga angkat bicara.
Komisi A DPRD Jatim bidang hukum dan pemerintahan pun melakukan hearing, (1/10), dengan memanggil keluarga para korban, tokoh masyarakat Lumajang, aparat kepolisian, dan instansi pemerintah yang terkait guna membahas untuk mengungkap tragedi berdarah yang terjadi di Desa Selok Awar-awar, Lumajang, tersebut.
Secara terpisah, Wakil Ketua Komisi A, Miftahul Ulum, mengatakan, dalam hearing ini dewan merekomendasikan agar penambangan pasir galian C di Lumajang, baik yang berijin maupun yang tak berijin untuk sementara waktu ditutup. Mengingat suasana di daerah tersebut tak kondusif dan dikhawatirkan jika diteruskan akan terjadi kembali tragedi berdarah.Untuk sementara waktu aktivitas tambang pasir yang dilakukan di daerah Lumajang ditutup sambil mengungkap semua tersangka dan dalang intelektual di balik peristiwa keji tersebut,” tandas politisi PKB ini.
Hasil hearing yang dipimpin Ketua Komisi A, Freddy Poernomo, menyatakan, bahwa komisi A akan mengusulkan ke pimpinan DPRD Jatim untuk dibentuk Panitia Khusus (Pansus) guna mengungkap siapa dalang intelektual di balik peristiwa yang sangat keji tersebut. Karena tak menutup kemungkinan ada keterkaitannya dengan oknum, mulai pejabat pemda setempat, aparat kepolisian hingga dari kalangan legislatif, baik DPRD tingkat kabupaten maupun provinsi.
Seperti diberitakan, kasus pembunuhan Salim Kancil yang terjadi pada Sabtu (26/9) telah menggegerkan Tanah Air. Tragedi di Lumajang, Jawa Timur, ini pun sontak menyita perhatian tak hanya dari masyarakat biasa tapi hingga Presiden Joko Widodo.
Salim Kancil adalah seorang petani di Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Jatim. "Kekerasan dan tewasnya Salim adalah salah satu bukti bahwa perlindungan terhadap warga yang ingin mempertahankan lingkungan dan kehidupannya masih belum terjamin," ujar Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir (29/9).
Dari penuturan Fatkhul itulah kemudian didapatkan gambaran mengerikan saat kejadian berlangsung. "Saya bersama teman-teman turun (ke lokasi) pada hari Minggu. Saat itu suasana masih sangat mencekam," kata Fatkhul.
Dari keterangan sejumlah saksi (warga) kepada Fatkhul, pada Sabtu pagi itu, Salim masih di rumah dan didatangi sekelompok orang dengan gelagat tak baik.
Salim kemudian 'ditangkap', diikat dan kemudian diseret menuju balai desa setempat. Menurut berbagai kesaksian, jarak antara rumah Salim dan balai desa sekitar 2 km.
Di perjalanan, kelompok massa ini memukuli Salim dengan peralatan yang mereka bawa. Warga ketakutan melihat aksi sadis tersebut. Setibanya di balai desa, kelompok ini masih terus memukuli Salim dan menyeretnya masuk. Ironisnya, di sana masih cukup banyak anak-anak yang sedang mengikuti kelas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun aksi kekerasan terus berlangsung. Tubuh Salim bahkan dilaporkan disetrum berkali-kali. Seperti tak puas, dengan peralatan yang sudah ada, kelompok ini bahkan menggergaji bagian tubuh, termasuk leher Salim.
Ajaib. Siksaan gergaji dan setrum seolah tak mempan. Kelompok tersebut seperti kian tertantang. Mereka kemudian membawa Salim menuju arah pemakaman. 
Di tempat ini, Salim disebutkan kembali diserang dengan berbagai senjata. Setelah kelompok ini memakai batu, Salim pun tumbang. Mengetahui hal itu, mereka kemudian memukulkan batu ke kepala Salim berkali-kali. Innalillahi, di situlah Salim akhirnya tewas dengan posisi tertelungkup. Kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
"Almarhum memang punya ilmu kebal. Dia berguru kepada seseorang yang biasa dipanggil kiai," kata Fatkhul.
Seperti diketahui, sebelum mendatangi Salim, kelompok itu juga sudah 'berurusan' dengan rekan Salim bernama Tosan. Tak jauh beda, Tosan juga dianiaya. Sedikit lebih beruntung, Tosan tak sampai tutup usia atas aksi sadis kelompok tersebut.
KontraS sangat menyesalkan peristiwa ini. Salim Kancil dan Tosan dikenal sebagai petani yang peduli lingkungannya. Mereka adalah bagian dari petani yang dari awal bersuara lantang menolak penambangan pasir di desa mereka. Mereka menilai penambangan pasir telah mengakibatkan kerusakan dan mengancam produksi pertanian warga, khususnya di Selok Awar-awar. "Kami akan terus mengawal dan memperdalam kasus ini," tutur Fatkhul. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment