Thursday, December 10, 2015

LIPUTAN KHUSUS

PENUMBUHAN BUDI PEKERTI, PENTINGKAH ?

MULAI tahun ajaran 2015-2016 Kemendikbud lewat Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti memiliki nilai baru, menerapkan program penumbuhan budi pekerti sebagai kegiatan wajib sekolah, demi menghilangkan sikap atau perbuatan amoral siswa yang belakangan ini boleh dibilang menurun. Bagaimana sebagian kepsek SD-SMA/SMKN di Surabaya menyikapi program tersebut ?
Kepala SDN Ketabang I Surabaya, Siti Rahayu SPd MM, mengatakan bahwa program yang diterapkan oleh kemendikbud itu memang bagus, mengingat betapa pentingnya sebuah karakter siswa. Apalagi siswa datang dari berbagai lingkungan yang berbeda. Dan pembentukan karakter atau budi pekerti yang bagus itu tidak semata-mata hanya ditentukan pada saat upacara saja, namun juga sikap orangtua siswalah yang sangat menentukan. Untuk itu SDN Ketabang I dalam penerapan budi pekerti seperti itu tidak ada kendala apa pun, justru sudah berkembang baik dari tahun ke tahun. Untuk itulah Siti Rahayu berharap anak-anak didiknya memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa yang sangat kuat. Di samping ketaatan kepada bapak-ibu gurunya, kedua orangtua, keluarga dan sayang teman-temannya, baik di sekolah, rumah, dan lingkungan sekitar keluarganya.

Kepala SMPN 33 Surabaya, Agus Sutowo SPd
Menurut Kepala SMPN 33 Surabaya, Agus Sutowo SPd, bahwa program penumbuhan budi pekerti siswa untuk Surabaya sudah lama dilaksanakan. Seperti bapak-ibu guru menyambut di pintu gerbang sekolah dan bersalaman dengan siswanya saat pagi hari masuk sekolah, dengan senyum, sapa, santun. Untuk SMPN 33 Surabaya jam 1 siang anak-anak kelas 8 dan 9 sholat Dhuhur bersama. Sementara siswa yang kena tugas piket diwajibkan membaca Al Qur’an seperti surat Yasin pada tiap harinya. Hal ini diharapkan mereka dapat hafal dan meresapi ajaran agamanya sehingga ujung-ujungnya bisa disiplin. Sedangkan siswa kelas 7 belajar baca dan tulis Al Qur’an (BTQ), dengan tujuan agar bisa mengaji. Sementara untuk agama lain difasilitasi oleh guru-guru mata pelajaran masing-masing agamanya.
Agus Sutowo lebih lanjut mengatakan bahwa ajaran budi pekerti di SMPN 33 sudah lama dilakukan. Selain seperti di atas juga menyanyikan Indonesia Raya, berdo’a sebelum dan sesudah pelajaran berakhir dipimpin oleh siswa, menyanyikan lagu-lagu daerah di Indonesia. Di samping itu juga mereka diwajibkan mengecek sampah di bawah bangku kelas. Oleh karena itulah Agus Sutowo berharap ke depan budi pekerti siswa menjadi lebih baik lagi. Yang semula tidak bisa mengaji, ke depan piawai mengaji. Mereka yang tidak bisa menyanyikan lagu-lagu daerah/nasional, ke depan diharapkan bisa lebih menguasai lagu-lagu daerah/nasional.

Kepala SMPN 20 Surabaya, Dra Fadjarijah Nurulita
Sedangkan Kepala SMPN 20 Surabaya, Dra Fadjarijah Nurulita, mengatakan bahwa program penumbuhan budi pekerti di SMPN 20 sudah berjalan. Pendidikan berkarakter salah satunya adalah cinta tanah air, cinta lagu-lagu nasional. Dan itu tetap berkesinambungan sampai saat ini di SMPN 20 Surabaya.

Kepala SMPN 7 Surabaya, Dra Yulia Krisnawati MPd
Senada disampaikan Kepala SMPN 7 Surabaya, Dra Yulia Krisnawati MPd, bahwa SMPN 7 telah merespon dengan baik adanya Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti memiliki nilai baru tersebut. Kendati sebenarnya program tersebut sudah berjalan sebelumnya. Kemendikbud itu lebih bagus dan tegas untuk menumbuhkan cinta tanah air. Bapak-ibu guru SMPN 7 Surabaya mensupportnya. Pagi sebelum pelajaran dimulai ditanamkanlah semangat dalam belajar, pembiasaan diri dengan digabung berbagai litelatur sehingga memiliki pengetahuan yang sangat luas. Untuk itulah Yulia berharap anak-anak di Indonesia menjadi generasi yang utuh dan berkarakter, juga memiliki skill atau kemampuan yang bagus dan siap bertarung di era global atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk SMPN 7 Surabaya diharapkan memiliki disiplin yang tinggi, rasa nasionalisme yang tinggi, rasa solidaritas antarteman yang tinggi, dan tidak tawuran. Hingga pihaknya perlu bersinergi dengan orangtua, siswa serta masyarakat sekolah lainnya agar semua tujuan tersebut bisa cepat terwujud.

Kepala SMPN 41 Surabaya, Dra Hanifah MM
Kepala SMPN 41 Surabaya, Dra Hanifah MM, pun demikian. Ia mengatakan, untuk mendorong terwujudnya program penumbuhan budi pekerti, pihaknya telah mewajibkan program literasi, yakni membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan itu sudah dilaksanakan beberapa tahun lalu. Hingga siswa SMPN 41 Surabaya sudah dibiasakan memiliki pendidikan berkarakter sebagai teladan dan pembiasaan. Hanifah lebih jauh mengatakan bahwa membina karakter siswa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun membutuhkan perjuangan yang keras. SMPN 41 Surabaya pembentukan karakternya dapat meningkatkan prestasi lebih bagus lagi. Jadi, kalau karakternya baik tentu prestasinya juga akan baik.

Kepala SMPN 11 Surabaya, Drs H M Masykur Hasan MSi
Secara terpisah, Kepala SMPN 11 Surabaya, Drs H M Masykur Hasan MSi, menjelaskan, sebelum ada Permendikbud No.23/2015 tentang penumbuhan budi pekerti memiliki nilai baru secara nyata pihaknya sudah melaksanakannya lewat program SANDI BERJUPE. Di sisi lain, diajarkannya reward and punishment sehingga muncullah kebiasaan berbudaya baru memperkuat dan mempertegas budi pekerti yang menjadi harapan utama di SMPN 11 Surabaya, yaitu datang tepat waktu baik itu siswa, bapak/ibu guru, karyawan bahkan kepsek sekalipun. Jadi, semua segenap civitas akademika SMPN 11 Surabaya wajib mematuhinya.
Bentuk punishment siswa, misalnya sekali terlambat sekolah akan dicatat. Terlambat dua kali mereka disuruh meyiapkan pot bunga. Terlambat tiga kali mereka disuruh menyiapkan pupuk untuk potnya. Terlambat empat kali mereka disuruh menanam tanaman dan merawatnya. Dengan adanya hal tersebut diharapkan prestasi akademisi siswa SMPN 11 Surabaya meningkat, di samping non-akademisnya. Kedisiplinan serta kompetensi guru juga meningkat lebih bagus lagi.

Kepala SMAN 5 Surabaya, Hj Sriwidiati SPd MM
Kepala SMAN 5 Surabaya, Hj Sriwidiati SPd MM, mengatakan bahwa budi pekerti tidak dapat dilihat secara kasat mata, namun diterapkan dalam sikap dan perbuatan oleh siswa secara nyata.

Kepala SMAN 20 Surabaya, Dra Mamik Pujowati MPd
Sementara Kepala SMAN 20 Surabaya, Dra Mamik Pujowati MPd, mengatakan bahwa program budi pekerti yang digulirkan oleh kemendikbud itu sangat bagus, sehingga dapat membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik lagi. Di SMAN 20 Surabaya hanya perlu adanya peningkatan karakter budi pekerti itu sendiri secara menyatu dan terintegrasi dalam setiap kegiatan dan tatanan. Di SMAN 20 Surabaya, semuanya sudah berlangsung lama. Salah satu penerapan budi pekerti itu adalah siswa SMAN 20 Surabaya peduli dan pernah berkunjung ke Liponsos Keputih, Surabaya, dalam melakukan kegiatan sosialnya. Sehingga imtek dan imtaq menjadi seimbang.
Kepala SMAN 17 Surabaya, Drs Bambang Agus Santoso, menjelaskan bahwa penerapan program budi pekerti yang digulirkan kemendikbud bukanlah sesuatu yang baru. Hanya sebuah penegasan saja. Namun ia tetap berharap ke depan siswa SMAN 17 Surabaya tetap memiliki karakter yang bagus dan terbangunnya cinta tanah air yang lebih bagus lagi.
Kepala SMAN 8 Surabaya, Dra Hj Ligawati MPd, pun mengatakan bahwa penumbuhan budi pekerti di SMAN 8 Surabaya sudah lama dilaksanakan lewat program 5 S (sapa, senyum, salam, sopan, santun). Tiap pagi saat siswa datang dan memasuki pintu gerbang sekolah disambut oleh bapak-ibu guru sambil bersalaman, menyapa, senyum dan lain-lain. Di samping itu, bentuk penerapan penumbuhan budi pekerti adalah adanya do’a bersama secara sentral atau terpusat, literasi membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, upacara rutin, senam para guru dan siswa, melakukan kebersihan secara serentak dalam rangka lingkungan hidup, menyanyikan lagu-lagu daerah di Indonesia secara sentral. Semuanya itu sudah menjadi kebiasaan. Untuk itulah Ligawati berharap ke depan pembiasaan yang dilakukan sejak awal ini akan menjadi budaya kebiasaan sehari-hari sehingga jiwanya terbangun dan cinta tanah air.
Kepala SMKN 8 Surabaya, Dra Sri Cahyonowati MM
Kepala SMKN 8 Surabaya, Dra Sri Cahyonowati MM, mengatakan bahwa penerapan penumbuhan budi pekerti (karakter) itu hampir semua sekolah sudah melaksanakannya. Itu penting mengingat di era global ini kebebasan sudah mengarah ke hal-hal yang bersifat kebablasan. Di sisi lain, soal adat-istiadat yang bagus contohlah negara-negara maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Walau tergolong negara maju, tapi masih mengedepankan budaya sopan-santun atau unggah-ungguh. “Untuk itulah mulai sekarang kita di Indonesia pada anak-anak wajib diterapkan bentuk karakter yang bagus pada era sekarang ini, walau di lingkungannya (rumah) terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda. Kurikulum (K13) guru-guru membekali silabus pembelajaran karakter untuk mempercepat proses. Jadi sekolah bisa memberikan bayangan-bayangan bagus yang konkrit ke depan dan harus diimplementasikan, tidak hanya diangan-angan saja. Dan itu harus ada yang mencontohkannya, mengingat budi pekerti sangatlah penting dengan berlandaskan agama masing-masing yang mereka anut”.

Kepala SMKN 5 Surabaya, Dra Tatik Kustini MM
Kepala SMKN 5 Surabaya, Dra Tatik Kustini MM, didampingi Wakasek Kesiswaan, Drs Anton Sujarwo MPd, mengatakan bahwa pihaknya sudah lama melaksanakan penumbuhan budi pekerti siswa. Misalnya, berdo’a bersama dan bersalaman. Dan itu juga diterapkan di K13 yang mana tertuang adanya penilaian sikap, seperti sholat Dhuhur berjama’ah, upacara setiap hari Senin. Walau semua penerapan itu tak semudah membalikan telapak tangan, ada kendala tersendiri, mengingat para siswanya berasal dari latar belakang yang berbeda. Jadi lingkungan rumahlah yang sangat menentukan. Hingga kejadian siswa SMKN 5 Surabaya membandel, loncat pagar, buang sampah sembarangan, merokok kerap kali masih saja ditemui. Dan pembinaan-pembinaan sering kali dilakukan serta razia oleh guru-guru juga terus ditingkatkan.
Oleh karena itulah Tatik berharap sikap positif warga SMKN 5 Surabaya terus meningkat tajam dari tahun ke tahun. Jika masih ada yang lepas kontrol dalam perbuatannya, tim konselor SMKN 5 Surabaya siap berkiprah. Mengingat pendidikan berakarakter berawal dari kedisiplinan (semua satuan mata pelajaran sudah menjadikan budaya). Cara membangunnya yaitu dengan melalui siswa baru lewat pendidikan PBB secara sikap dan pencermatan pada perilaku. Mereka dididik soal dasar baris-berbaris. Langkahnya wajib simultan.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur)
Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Drs Sudarminto MPd
Tak ketinggalan Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Drs Sudarminto MPd, mengatakan bahwa seluruh sekolah diwajibkan memberikan materi tentang penumbuhan budi pekerti dengan menanamkannya pada siswa sejak awal masuk sekolah. Hingga diharapkan Kota Surabaya bisa membangun ‘caracter building’ bangsa yang cerdas tapi tetap santun sebagai ciri khas budaya bangsa Indonesia.
Permendikbud No.23 Tahun 2015 itu, kata Sudarminto, untuk lebih mempertegas program penumbuhan budi pekerti mengingat kita memang perlu terus meningkatkannya lagi di era kondisi bayang-bayang masyarakat yang lebih maju lagi.
Diharapkan oleh mantan Kepala SMAN 16 Surabaya ini, implementasi atau penerapannya lewat kegiatan sehari-hari, kurikulum, dan ekskul sehingga akhirnya pembiasaan yang bagus itu menjadi terwujud, yaitu perilaku yang oke. Walaupun ada kendala-kendala, namun program penumbuhan budi pekerti wajib terus dilakukan. Pembiasaan yang kontinyu dan secara terus-menerus. Untuk itulah diperlukan kesabaran, ketangguhan. Sementara sikap sopan-santun, saling toleransi dengan budaya luar juga terus dilakukan, ditanamkan dan ditumbuhkan. Tapi akar budaya sendiri wajib diperkuat agar semakin tajam.
Sudarminto pun berharap ke depan siswa di Surabaya menjadi manusia atau pelajar yang berprestasi baik akademis maupun non-akademis, cerdas, beretika, tangguh dan santun. (F.543) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment