Wednesday, November 16, 2016

LINTAS BERITA

WARGA CIMADE MINTA BANTUAN SARANA-PRASARANA AIR BERSIH

KAMPUNG Cimade, Desa Cikancra, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terdiri dari sekitar 1.000 jiwa terletak sekitar 85 km sebelah Timur Laut dari ibu kota Kabupaten Tasikmalaya. Berpuluh-puluh tahun, bahkan ratusan tahun setelah dihuni oleh masyarakat, kampung itu keadaan geografisnya berupa hamparan batu dan sebagian kecil tanah. Kampung tersebut menghasilkan mayoritas kelapa yang diproses menjadi gula kelapa dan beberapa jenis buah-buahan seperti petai, mangga, sawo. Sebagian kecil lainnya padi.
Seorang warganya bernama Pak Ahmad (76) yang ahli membuat tempat tungku api dari batu mengatakan kepada Andris Sutresna dari FAKTA bahwa untuk membantu hidupnya sehari-hari ia menjual tungku batu dari halamannya sendiri. Ketika halaman batu telah dibuat beberapa tungku, maka halamannya tersebut menjadi kolam dan dijadikan untuk tadah air hujan apabila musim hujan. Apabila kemarau panjang, air di kolamnya itu berubah warna jadi hijau dan digunakan untuk mandi dan cuci piring bekas makanan. Sedangkan toiletnya berjarak beberapa meter dari kolam. “Meski jaraknya sekitar satu meter tidak akan menimbulkan pencemaran terhadap air kolam. Sebab galian yang dibuat kolam penampungan air bersih untuk diminum itu adalah hamparan batu”.
Menurut Pak Ahmad, selama menempati rumah dan bertempat tinggal beberapa puluh tahun di kampungnya itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, terutama terhadap penyakit yang menimpa dirinya serta masyarakat lainnya. “Soal air yang sangat dibutuhkan oleh semua manusia dan mahluk hidup di dunia, kami penduduk Kampung Cimade menerima apa adanya, terutama ketika musim kemarau panjang, seluruh warga menggunakan air di masing-masing kolam depan rumahnya. Dan selama menggunakan air tersebut warga tidak pernah menyampaikan keluhan tentang penyakit kulit atau penyakit lainnya yang ditimbulkan dari air tersebut. Namun masyarakat yang mampu dan tanah di halaman rumahnya tidak ada batunya akan menggali sumur pakai mesin listrik ke penampungan. Di kampung sini ada beberapa masyarakat yang telah menggunakan sumur pompa”.
Namun, Pak Ahmad berharap pihak pemerintah daerah maupun pusat memperhatikan masyarakat yang selalu menggunakan air bersih dari kolam tadah hujan yang mungkin belum tentu bersih itu. Seperti di kampung-kampung lainnya yang telah menerima bantuan sarana-prasarana air bersih dari pemerintah.
Sekitar 300 meter menelusuri jalan tikus dan berliku-liku karena naik-turun hingga Andris Sutresna dari FAKTA terengah-engah nafasnya, ada sebuah bak penampungan air yang secara sukarela dibangun oleh seorang warga Kampung Cimade, Desa Cikancra, bernama Haji Tarman (51). Luasnya sekitar 4 meter persegi dari bahan material pasir dan semen. Bak penampungan dari sumber mata air itu diperlukan ketika musim kemarau. Seluruh warga antri panjang mengambil air bersih di bak penampungan Haji Tarman itu untuk keperluan dalam rumah tangganya masing-masing.
Haji Tarman saat dikonfirmasi FAKTA mengatakan bahwa bak kolam untuk penampung mata air itu dibangun khusus untuk keperluan masyarakat yang memang memerlukan. “Saya bangun dengan anggaran pribadi dan sumber mata airnya berada di tanah pribadi. Karena itu silahkan semua warga yang merasa kekurangan air bersih untuk menggunakannya”.
Tarman yang biasa dipanggil Pak Haji itu mengatakan bahwa hanya Kampung Cimade, Desa Cikancra, yang tidak mendapat perhatian dari pihak pemerintah daerah setempat maupun pusat.

Lain halnya dengan Kampung Pareang dan Cipari, Desa Tonjongsari, yang terdiri dari 2 RW dan 6  RT sekitar 120 Kepala Keluarga (KK) atau 600 jiwa, telah menggunakan air minum yang layak dikonsumsi. Padahal jarak sumber mata airnya lebih dekat dengan Kampung Cimade, Desa Cikancra. Karena itu masyarakat Desa Cikancra minta kepada pihak pemerintah daerah untuk segera memberikan bantuan sarana dan prasarana air bersih. (F.542) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks


No comments:

Post a Comment